Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Dunia Pengalihan: Manuskrip

Dunia sudah cukup sibuk dan ribut. Notifikasi bertalian datang; langganan kanal Youtube , kanal Telegram , grup-grup saling bersahutan, promo toko oranye dan hijau, dan pesan-pesan diskusi berkedok rindu. Mode senyap tak bisa membendung notifikasi itu, sebab ia makin nyaring dalam senyap. Karena itulah salah satunya, orang-orang memilih bersemedi dan mengucilkan diri dalam ruang kasatmata. Sebagian memilih untuk tenggelam dalam bacaan, sebagian lagi dalam perenungan, dan saya memilih manuskrip sebagai salah satu ma’bad , tempat ibadah intelektual saya. Setahun yang lalu, lebih kurang, saya masih asing dengan ilmu Tahqiq Makhtutat , filologi sebutan canggihnya. Jauh sebelum itu lagi, saya masih curiga dengan pekerjaan semacam itu. Apa soal orang-orang mau sibuk untuk membaca teks kuno yang – bahkan membuat mata kusam – kemudian disalin ulang, dipermak, hingga layak dibaca dengan mudah. Maksudnya, nikmatnya itu di mana? Lalu saya jatuh ke dalam ruang itu tanpa sengaja diajak oleh seorang...

Filsafat BAB

Manusia sering dibikin repot oleh dirinya sendiri. Kuat macam Captain America pun manusia adalah makhluk yang rapuh. Begitu lemah, hingga bagian dirinya sendiri berhasil meruntuhkan kedigdayaan, kejumawaan, dan kehebatan dirinya sendiri. Seperti biasa, raja di raja itu sarapan dengan asupan nutrisi yang bergizi, 4 sehat 5 sempurna. Lengkap. Jam 10 ia dijadwalkan untuk memberi petuah dan pengumuman penting bagi rakyat dan parlemen. Layaknya seorang raja, setiap kali hendak mengisi acara penting ia dicek dokter pribadinya. Apakah lambungnya masih normal, hingga tidak mengharuskan sang raja membelakangi mimbar. Apakah pita suaranya masih pas, hingga setelan sound system dan tetek bengek persuaraan dan pendengaran penyimak berjalan lancar. Jelas, dokter tidak mendeteksi gejala apapun. Raja dipersilahkan, bahkan untuk koar-koar, membentak anggota parlemen yang berlaku bejat. Terserah raja. Baru saja mengakhiri mukadimah pidatonya yang memakan waktu 15 menit, tiba-tiba wajah raja memerah. Ma...

Insecure Tingkat Kayangan

Bukan hari ini pertama kalinya ia mengajar materi yang tidak begitu ia minati dan kuasai. Sejak mengasuh dua kelas tetap sekaligus, dalam waktu berbeda, mau tidak mau ia harus mengajar materi itu. Satu kelas masih bersandar pada kurikulum. Satunya lagi tergantung pada peserta didik. Keduanya harus dijelaskan materi dalam disiplin ilmu yang sama; tasawuf. Bukan permulaan juga dalam sehari ia mengajar materi disiplin ilmu yang sama dalam tiga sesi; pagi, siang, dan malam. Seperti pengajar lainnya, memang ia hanya berperan menjelaskan teks materi agar dapat dipahami maksud penyusun teks, agar materi itu—harapannya—dapat diserap semaksimal mungkin. Namun, ini materi tasawuf. Banyak pengajar yang merasa insecure untuk mengajarkannya. Alasannya? Sederhana. Diri sendiri masih ‘jancuk’, kok mau mengajar orang lain soal membenarkan diri. Insecure ini barangkali akan senantiasa bersemayam dalam hatinya, bahkan hingga ia meminati disiplin ilmu itu. B arangkali . Kok bisa insecure ? Ya, bi...

Wasiat Dini Hari

Ketika Anda membaca literatur Islam, disiplin ilmu mistik atau tasawuf khususnya, Anda akan menemukan anjuran untuk menulis wasiat pada selembar kertas, lalu menyimpannya di bawah bantal, sebelum tidur malam. Lebih aneh lagi, tindakan itu dinilai sunah (bermakna terpuji atau baik secara syariat). Artinya tindakan itu dianjurkan dalam agama. Hal tersebut adalah salah satu dari beberapa anjuran Rasulullah bagi orang yang hendak tidur. Begitu kita selesai bersuci, kasur sudah dibersihkan, di saat itulah kita disunahkan menulis wasiat pada secarik kertas, lalu disimpan di bawah bantal. Kemudian membaca ayat quran, doa-doa yang masyhur, untuk kemudian memejamkan mata. Macam mau mati besok, saja, kan? Kok, iya, agama menganjurkan melakukan hal-hal yang mengerikan semacam itu. Seolah malam itu menjadi malam terakhir kita. Persoalan ini makin irasional ketika kita mempertanyakan, jika pun esok tidak mati apa gunanya wasiat yang sudah ditulis itu? Bukankah menggunakan tinta dan kertas untuk...

Momentum Menjenguk Diri Sendiri

Entah kenapa hari yang satu ini begitu menggembirakan. Tidak semua kita, memang, menantinya. Tetapi, hari itu tetap saja memiliki momentum yang menggairahkan. Sementara kita, bahkan tidak ingat hari lahir. Sebagian kita yang lain, memang "menopang dagu" menunggu hari itu tiba. Bagaimanapun, hari itu tetaplah memiliki keistimewaan bagi kita. Bedanya, hanya sudut pandang keistimewaannya. Apa yang ditunggu? Dan kenapa hari itu dianggap istimewa? Sesungguhnya, hari ulang tahun tidak lebih dari sebuah pemberhentian, terminal besar dari perjalanan pendek di dunia. Dari rangkaian demi rangkaian kejadian dalam setahun belakangan kita akan menemukan satu momentum untuk melihatnya sebagai sebuah gambaran luas. Momen itulah hari ulang tahun. Perayaannya dengan sewajarnya, tidak berlebihan, menerima bertalu-talu doa kebaikan dan keberkatan dari handai taulan, hingga harapan kebaikan yang disematkan seharusnya tidak menutup mata kita dari melihat dan mendalami gambaran luas tadi. Ji...

Bekal Gaya Hidup: Sabar

Salah satu sifat terpuji yang paling dianjurkan agama untuk dimiliki ialah sabar. Sabar, sama seperti sifat terpuji lainnya, banyak dimiliki oleh choosen people , manusia pilihan Allah. Mulai dari para Rasul, shalihin, auliya, hingga ulama. Karena itu, sifat sabar adalah sifat yang agung. Artinya, siapa yang memiliki diyakini ia memiliki jiwa yang berkualitas top one menurut Tuhan. Sabar banyak ditafsirkan sebagai satu sifat menahan diri dari segala hal yang datang dari luar diri, termasuk godaan, cobaan, bahkan hingga pemberatan hukum syariat. Definisi itulah yang tergambar dalam klasifikasi sabar dalam tiga bagian; sabar pada cobaan; sabar pada godaan nafsu; dan sabar pada ketaatan. Hasilnya, bisa dipastikan akar makna sabar ialah menahan diri, dan itulah makna yang diberikan bahasa. Jika sabar adalah menahan diri, maka gegabah, dalam bahasa arab disebut 'ajlah , adalah antonimnya. Gegabah adalah sifat menyegerakan sesuatu dari seharusnya. Waktu salat belum salat, tapi anda ma...

Mengimani Takdir dengan Sempurna

Dalam kurun 4 hari belakangan ini rezeki ku mutlak datang dari sedekah orang. Maklumlah bahwa sesungguhnya saya seorang pemakmur "surga ilmu". Konsekuensinya, perkara finansial berkali-kali menjadi penangkal langkah pikiran untuk terus memahami dan menyakini bahwa Tuhan menjamin rezeki hambanya. Mungkin, mayoritas kita bahkan termasuk saya, kerap hanya ingin mengimani jaminan-jaminan Tuhan yang nampak nyata dan selaras dengan keinginan. Ah, rentan betul kita ini. Bukan rahasia lagi, soal ekonomi saban hari menjadi problem tak terselesaikan pada penuntut ilmu di pesantren. 8/10 dari santri bisa diyakini nasib ekonominya menukik tajam ke bawah. Saban hari pula, setiap santri yang diberi keluasan untuk keluar komplek, memutar otak dan bahu meraba-raba tempat yang berpotensi mendatangkan rezeki halal. Di antara mereka, saya salah satunya, adalah orang-orang yang masih "berani" ditanggung biaya oleh keluarga. Namun, sebagai manusia yang hampir menginjak umur tiga...