Orang-orang bilang, tidak perlu menyatakan cinta, cukup sebut namanya dalam doa. Sebab Tuhan lebih mafhum perihal jodoh. Jadi, boleh jadi doa-doa itu mengubah apa yang sudah tertulis di ‘daun terjaga’, kalau memang yang tertulis di sana bukan nama yang disebut dalam doa. Atau, menahkikkan nama yang sudah tertulis. Sedangkan doa hanya usaha meyakinkan diri akan ketetapan itu.
Sedangkan dia, sebalik itu pada awalnya. Dia tidak begitu setuju memuat nama seseorang dalam doa, sebagai permintaan, pernyataan, dan peneguhan harapan jodoh. Apalagi penyebutan itu disebut-sebut pada bukan waktunya. Permintaan pada bukan waktunya, menurutnya, hanya sebagai alibi menyegerakan takdir.
Kalau sudah cinta, ya sampaikanlah cinta itu, tapi dengan syarat cukup cinta saja. Tidak lebih. Tidak diaduk dengan hasrat memiliki. Artinya tidak menginginkan dan menghendaki hal-hal di luar cinta, seperti harapan bersatu dan menyegerakan memiliki.
Cinta begitu sederhana, kita saja yang membuatnya merepotkan. Ingin memiliki boleh, dan memang seharusnya ada karena itu sifat alamiah kita, tapi jangan terlalu kencang. Bisa-bisa kita melabrak dan menabrak batas-batas takdir. Bukankah punya cinta saja sudah cukup membahagiakan?
Kembali ke doa. Anggapannya di atas tadi pada akhirnya terpaksa ia balik lagi. Dia tidak tahu apa yang salah dengan dirinya, hingga berani menyebut nama seorang perempuan dalam doanya. Padahal, seingatnya, ia tidak pernah menyebut nama perempuan, dalam konteks jodoh, dalam doa. Dia begitu harap dan takut.
Di luar doa, dia tidak punya harap lebih; kalau jodoh, ya, jodoh. Kalau tidak, ya, berarti tidak. Perkara penerimaan takdir, betapapun perihnya, bisa diurus belakangan. Toh, hidup, setidakenak manapun, adalah perkara mewajahi, menghadapi, dan menikmati takdir. Karena, pikirnya, setiap sesuatu di dunia ini ada akhirnya. Sudah.
Dia mengingkari kelakuan orang-orang yang memperjuangkan jodoh (padahal baru praduga) melewati dan melabrak batas-batas yang tidak seharusnya dilangkahi, hanya demi kepuasan pasangannya, hanya demi tidak terlihat kurang jantan, hanya demi tidak terlihat kurang sejati cinta, hanya karena sok-sok percaya “itu jodohku yang terlihat dalam mimpi”. Mimpi ndasmu kali. Ya, memang, kalau sudah jadi, berarti itu jodohnya. Hanya saja jodoh dalam kasus ini datang dengan cara yang tidak baik. Padahal, bukankah kita menginginkan hal baik dan indah dengan cara yang baik dan benar?
Demikian, doa adalah doa, usaha adalah usaha. Bila keduanya tergenapi, beres sudah tugasnya untuk sementara.
🥺
BalasHapus🥺
BalasHapus😥😥😥😥
BalasHapusSejatinya cinta tidak mengenal takut akan tidak diterima atau tidak, dan yah doa adalah doa adalah usaha adalah usaha bila keduanya tidak terpenuhi,maka ada yg lain doanya cukup kuat untuk men-staykanmu tetap singgle hanya untuknya .
BalasHapusCinta itu indah dengan maknanya sendiri. Dan Hakikat cinta itu ialah dia yang tidak takut atas balasan terhadap cintanya. Tapi keindahan cinta itu sempurna apabila kita bisa miliki apa yang kita cintai.
BalasHapuscinta itu rumit ya (?)
BalasHapusSetiap saat aku berikhtiar, sabar dan menunggu. Menunggu hingga mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan tentangmu. Wahai engkau yang kuadukan pada Tuhan, jikalau kau bukanlah takdirku, aku harap hati ini akan terbuka dengan lebar untuk memberikan salam selamat tinggal..
semogaa doa dan usahaa berjayaa hehe
BalasHapus