Malam ini saya memutuskan untuk tidak menulis. Sore harinya sudah punya tekad kuat untuk nulis dua tema yang sudah cukup lama berdialog dalam membran kepala. Ada saja aral baik yang melintang, tekad itu saya urungkan dulu. Meski tidak berhasil melahirkan dua tulisan "serius" itu, tetapi minimalnya saya sudah menulis keputusan saya untuk tidak menulisnya.
Pikir saya, besok insyaallah ada waktu luang untuk dua tema itu. Sebab kontennya sudah saya sekat, tinggal mengikat dan melapisinya dengan cat biar nampak lebih memikat. Namun, siapa berani memercayai hari esok akan tetap ada. Jangankan hari esok, hanya kata di depan ini saya tidak berani meyakini akan ada. Lihat, kan? Betapa rapuh manusia kalau ngomong soal masa depan.
Akan tetapi, saya sebagai muslim yang beriman penuh dengan takdir meyakini bahwa niat baik, betapapun sempat dicegat beberapa kali, juga akan terealisasi pada waktunya. Hanya soal waktu saja. Rasanya, niat baik lebih berkesempatan untuk dieksekusi ketimbang niat buruk. Apalagi bila mengingat bahwa niat baik yang terhalangi sudah dipadai dengan satu pahala. Bayangkan kalau niat baik itu terwujud, full pahalanya. Maka kemungkinan untuk wujud juga lebih besar.
Sementara itu, soal menulis yang baik-baik saya cukup berani mengatakan sedikit sekali dari niat baik menulis terhalangi dan pada kemudian juga belum nampak terwujud. Apa soalnya, saya pula tak tahu menahu. Padahal kalau dikalkulasikan, dalam satu hari saya mendapatkan pengetahuan (bukan sekedar informasi) katakanlah minimalnya 10 macam pengetahuan. 10 pengetahuan itu ada yang baru, ada yang berjenis pengulangan saja. Tetapi, 10 pengetahuan yang tidak melahirkan satu pun tulisan baik rasa-rasanya pengetahuan itu kurang berkah.
Pada kemudian saya sedikit tersadar, bahwa tidak setiap jumlah pengetahuan itu layak dan mampu saya bahasakan kembali. Ada pengetahuan yang memang lebih baik dibiarkan berserakan dalam ingatan, hingga kemudian bisa dirangkai dengan pengetahuan lainnya di kemudian hari. Ada juga pengetahuan yang belum mampu dibahasakan dengan baik, yang andai dicoba aksarakan mungkin besar akan kesalahan, berkali-kali. Bahwa menulis tentang tidak menulis adalah cara mengingat dan mengatasi penyesalan atas kealpaan menulis yang diinginkan.
Begitu.
Komentar
Posting Komentar