Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Dunia Pengalihan: Manuskrip

Dunia sudah cukup sibuk dan ribut. Notifikasi bertalian datang; langganan kanal Youtube , kanal Telegram , grup-grup saling bersahutan, promo toko oranye dan hijau, dan pesan-pesan diskusi berkedok rindu. Mode senyap tak bisa membendung notifikasi itu, sebab ia makin nyaring dalam senyap. Karena itulah salah satunya, orang-orang memilih bersemedi dan mengucilkan diri dalam ruang kasatmata. Sebagian memilih untuk tenggelam dalam bacaan, sebagian lagi dalam perenungan, dan saya memilih manuskrip sebagai salah satu ma’bad , tempat ibadah intelektual saya. Setahun yang lalu, lebih kurang, saya masih asing dengan ilmu Tahqiq Makhtutat , filologi sebutan canggihnya. Jauh sebelum itu lagi, saya masih curiga dengan pekerjaan semacam itu. Apa soal orang-orang mau sibuk untuk membaca teks kuno yang – bahkan membuat mata kusam – kemudian disalin ulang, dipermak, hingga layak dibaca dengan mudah. Maksudnya, nikmatnya itu di mana? Lalu saya jatuh ke dalam ruang itu tanpa sengaja diajak oleh seorang...

Membaca Kerapuhan Pribadi Mukmin Masa Kini

Sebelum memasuki tulisan ini saya ingin menyambut pembaca lebih dahulu, bahwa tulisan di bawah ini merupakan hasil dari kegelisahan, perenungan dan penghayatan saya atas tanggapan kita terhadap isu-isu agama yang mencuat belakangan ini atau ke depannya. Tulisan ini merupakan catatan samping(Caping) saya, sangat boleh jadi ini bukanlah akhir dari penghayatan saya secara total. Untuk itu silakan pembaca menikmatinya. Silakan memasukinya, Tuan Puan. Menengok realitas makin ke sini agaknya tidak berlebihan bila menegaskan kembali bahwa kemapanan iman sebagian kita umat islam kian rapuh. Sebagai tandanya, ketakutan dan pesimistis hampir—untuk  tidak berkata sudah—akut  dalam pribadi muslim, bahkan mendominasi kekuatan iman. Takut agamanya dilecehkan, takut Tuhannya dicibir, takut berhadapan dengan yang berpaham bersebrangan, takut simbol-simbol agama dicela, dan takut-takut lain yang tidak semestinya ditakuti. Padahal Allah telah menuturkan dalam maha karyaNya, seperti di...

Bukan Mi Instan: Meluruskan Asumsi Belajar Agama yang Keliru

"Lebih singkat, lebih sederhana, lebih cepat, lebih indah dan lebih menghibur" kira-kira semacam itu berita, informasi dan pengetahuan yang kita inginkan, yang kita buru. Saking singkatnya kita tidak benar-benar paham apa yang ingin disampaikan. Saking cepatnya kita diguyuri hujan berita dan tidak betul-betul menyerapnya. Sebegitu indah hingga kita abai pada inti pesan yang disampaikan. Hingga akal kita hampir mati dihujani berita. Hingga dalam masalah keagamaan, diolahlah ajaran-ajaran agama dengan kemasan yang menggiurkan, dengan "plastik" yang indah, dan tentunya disuguhkan oleh manusia yang paham selera kita, bukan yang paham dengan kebutuhan kita. Sedikit bahkan tidak ada orang yang menolak hal-hal yang instan di masa macam ini. Sama seperti halnya Mi instan, ia tidak ditolak bagaimanapun diolah, ia tetap punya rasa sedap. Berbalik kenyataan dengan Mi kuning, untuk mendapatkan rasa yang gurih ia harus diolah oleh orang yang benar pah...

Ampunan Yang Dicandai

Tidak kurang dari sepuluh kali Allah menfirmankan tentang kemurahanNya memberi maaf kepada hamba. Bahkan yang cukup majemuk diketahui, selain menduakanNya, semua dosa dan kesalahan hamba diampuni.  Pengampunan sepenuhnya didapatkan dengan ketentuan yang sudah baku. Ialah Taubat. Secara vokabuler Taubat bermakna; kembali ke jalan yang benar; menyesali kesalahan yang telah lalu. Dari sekian dosa yang ada, dosa besarlah yang dihapus oleh pertaubatan. Adapun dosa kecil, tidak sedikit Tuhan meletakkan momentum untuk menghapusnya. Mulai dari istighfar, bertasbih, puasa dan tindakan kebaikan lain yang tak terkira jumlahnya. Untuk saat ini, membuktikan bahwa pemberian maaf Allah kepada hamba luas nian.  Barangkali kita juga pernah mendengar kabar bahwa Allah mengatakan "Usahlah berputus asa dari pengampunanKu. Sebab pengampunanKu lebih luas, lebih besar, lebih dalam dari dosa-dosa kalian. Dosa kalian tidak berbanding secuil pun dengan pengampunanKu. Maka teruslah meminta ampu...