Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

Dunia Pengalihan: Manuskrip

Dunia sudah cukup sibuk dan ribut. Notifikasi bertalian datang; langganan kanal Youtube , kanal Telegram , grup-grup saling bersahutan, promo toko oranye dan hijau, dan pesan-pesan diskusi berkedok rindu. Mode senyap tak bisa membendung notifikasi itu, sebab ia makin nyaring dalam senyap. Karena itulah salah satunya, orang-orang memilih bersemedi dan mengucilkan diri dalam ruang kasatmata. Sebagian memilih untuk tenggelam dalam bacaan, sebagian lagi dalam perenungan, dan saya memilih manuskrip sebagai salah satu ma’bad , tempat ibadah intelektual saya. Setahun yang lalu, lebih kurang, saya masih asing dengan ilmu Tahqiq Makhtutat , filologi sebutan canggihnya. Jauh sebelum itu lagi, saya masih curiga dengan pekerjaan semacam itu. Apa soal orang-orang mau sibuk untuk membaca teks kuno yang – bahkan membuat mata kusam – kemudian disalin ulang, dipermak, hingga layak dibaca dengan mudah. Maksudnya, nikmatnya itu di mana? Lalu saya jatuh ke dalam ruang itu tanpa sengaja diajak oleh seorang...

Bentuk Lain Keberkahan Ilmu

Ia memiliki guru yang pernah mengatakan begini kepadanya, " kita diajarkan guru kita untuk tidak hanya membaca kitab-kitab yang pernah dikaji, melainkan juga membaca kitab yang belum pernah kita sentuh sekalipun ". Segala teknik membaca, dalam hal ini kitab kuning, telah paripurna diajarkan. 6 tahun adalah waktu yang tidak sebentar untuk memupuk, menumbuhkan dan membina kemampuan membaca yang ideal, sebagaimana yang sudah diwariskan turun-temurun. Baginya, juga bagi orang-orang yang setolak ukur dengannya, membaca kitab selain kitab yang diajarkan adalah kepastian. Selain karena keterbatasan daya jelajah dan waktu pada kitab-kitab yang dikaji, juga ada satu dua penyebab kemestian membaca kitab yang tidak diajarkan; pertama, mendukung dan menyokong pemahaman pada kitab-kitab yang dikaji. Cukup banyak masalah-masalah yang termuat dalam kitab yang dikaji yang sering nian begitu perlu mencari pemahaman alternatif, hingga penjelasan lebih. Penjabaran yang lebih jelas, penduduk...

Tuyul-tuyul Soleh dan Melodius Tangis

Di balik perkara yang tak disukai, tetapi tetap mesti dilakukan, seringkali meninggalkan jejak berkesan. Bermula dari keharusan memenuhi persyaratan pengajuan skripsi, salah satunya pelaksanaan Kerja Masyarakat. "Turun gunung" ke pesantren yang baru dilahirkan. Hingga, meninggalkan bekas kesan yang tidak boleh dibilang biasa saja. Dia bukan jenis orang yang gemar atau bahkan tertarik untuk berbicara atau bercanda dengan anak kecil yang berumur 6 tahun hingga sebelum baligh. Baginya, tak ada kesenangan berbicara dengan mereka. Yang ada hanyalah kerepotan. Repot mengulang kalimat. Repot mencari kata yang bisa mereka paham. Dan, ya, repot saat berhadapan dengan watak kekanakan mereka. Seolah ia percaya ia sudah cukup dewasa untuk menganggap anak-anak itu tidak lebih dewasa darinya. Itu baru berbicara. Jangan tanya lagi soal mengajari mereka. Butuh kemapanan mental yang paripurna, kelembutan sempurna; lembut yang tak menyirnakan ketegasan, dan kecapakan menangani watak mereka. Ol...