Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Dunia Pengalihan: Manuskrip

Dunia sudah cukup sibuk dan ribut. Notifikasi bertalian datang; langganan kanal Youtube , kanal Telegram , grup-grup saling bersahutan, promo toko oranye dan hijau, dan pesan-pesan diskusi berkedok rindu. Mode senyap tak bisa membendung notifikasi itu, sebab ia makin nyaring dalam senyap. Karena itulah salah satunya, orang-orang memilih bersemedi dan mengucilkan diri dalam ruang kasatmata. Sebagian memilih untuk tenggelam dalam bacaan, sebagian lagi dalam perenungan, dan saya memilih manuskrip sebagai salah satu ma’bad , tempat ibadah intelektual saya. Setahun yang lalu, lebih kurang, saya masih asing dengan ilmu Tahqiq Makhtutat , filologi sebutan canggihnya. Jauh sebelum itu lagi, saya masih curiga dengan pekerjaan semacam itu. Apa soal orang-orang mau sibuk untuk membaca teks kuno yang – bahkan membuat mata kusam – kemudian disalin ulang, dipermak, hingga layak dibaca dengan mudah. Maksudnya, nikmatnya itu di mana? Lalu saya jatuh ke dalam ruang itu tanpa sengaja diajak oleh seorang...

Biar Semangat Belajarnya Tidak Sia-sia

Setiap aktifitas dalam melaksanakan suatu proses tertentu tidak boleh sunyi dari passion atau disebut dengan semangat. Apa saja, bahkan hal remeh temeh pun perlu digandengi dengan semangat. Makin besar tujuan yang ingin diraih makin besar pula semangat dalam prosesnya diperlukan. Wa bilkhusus proses belajar agama, diperlukan semangat yang agung, tentunya. Bukan tanpa sebab, karena ilmu adalah tujuan mulia, tak kurang jebakan serta banyak rintangan. Pendahulu pun begitu mewanti-wanti untuk mewujudkan dan menjaga semangat belajar. Tanpa semangat ia proses belajar hanya akan berjalan di tempat. Di saat yang sama, pendahulu kita tidak lupa juga mewariskan cara dan metode belajar yang telah terbukti keberhasilannya. Ini menjadi dalil semangat dan cara harus bergandengan tangan.  Tanpa, cara metode dan strategi yang benar maka belajar akan kacau. Tak berarah. Kalau pun terarah ia hanya akan bertahan sekejap. Karena ia begitu dibutuhkan bukan berarti dengan memiliki...

Perihal Berdoa, Syaitan Masih Lebih Berani

Konon, doa menjelma senjata muslim. Berdoa sampai saat ini dan akan datang terus dianjurkan Allah. Berdoa dalam praktiknya merupakan sebagai bentuk pernyataan diri akan kelemahan dan ketidakberdayaan, sebagai ajang berduaan dengan Tuhan, sebagai media berbincang mesra denganNya.  Namun meski ayat dan hadis yang menganjurkan untuk berdoa telah cukup kita pahami bukan tidak mungkin dalam kenyataan kita kerap malu atau bahkan enggan bermesraan dan mengemis pati kasih pada Tuhan. Ini tidak dapat diingkari. Entah apa pun sebabnya kita seperti malu-malu kucing berdoa pada Tuhan, alih-alih menyembunyikan permintaan pada Sang Maha Mengetahui. Salah satu berita yang sudah cukup acap kita dengar tentang berdoa ialah "Allah begitu dekat dengan hamba lagi Dia Maha mengabulkan permintaan, maka mintalah apa yang engkau kehendaki Allah akan mengabulkannya".  Dalam kesempatan lain, boleh jadi kita bukan meminta dikasihani malah memerintah Tuhan untuk mencukupi apa yang diingini oleh...