Dunia sudah cukup sibuk dan ribut. Notifikasi bertalian datang; langganan kanal Youtube , kanal Telegram , grup-grup saling bersahutan, promo toko oranye dan hijau, dan pesan-pesan diskusi berkedok rindu. Mode senyap tak bisa membendung notifikasi itu, sebab ia makin nyaring dalam senyap. Karena itulah salah satunya, orang-orang memilih bersemedi dan mengucilkan diri dalam ruang kasatmata. Sebagian memilih untuk tenggelam dalam bacaan, sebagian lagi dalam perenungan, dan saya memilih manuskrip sebagai salah satu ma’bad , tempat ibadah intelektual saya. Setahun yang lalu, lebih kurang, saya masih asing dengan ilmu Tahqiq Makhtutat , filologi sebutan canggihnya. Jauh sebelum itu lagi, saya masih curiga dengan pekerjaan semacam itu. Apa soal orang-orang mau sibuk untuk membaca teks kuno yang – bahkan membuat mata kusam – kemudian disalin ulang, dipermak, hingga layak dibaca dengan mudah. Maksudnya, nikmatnya itu di mana? Lalu saya jatuh ke dalam ruang itu tanpa sengaja diajak oleh seorang...
Semalam saya ketiduran lebih awal dari biasanya. Sudah dua malam saya mengalami ketidaksengajaan tidur. Padahal, biasanya saya harus berdamai dengan otak untuk bisa terlelap. Biasanya, butuh waktu 15–20 menit untuk bisa terlelap. Tentu saya senang mengalami itu; tertidur tanpa harus berunding dengan pikiran. Namun, saya tidak senang sepenuhnya. Pasalnya, saya terbangun gara-gara bermimpi dua macam mimpi untuk dua malam itu; pertama , saya bermimpi hendak mempresentasikan proposal tesis saya. Dua hal yang membuat saya terbangun karenanya, yaitu saya panik akibat berkas PPT saya raib, dan puncaknya adalah pengujinya tak lain termasuk guru saya sendiri. Kedua , saya sedang men- tahqiq manuskrip kitab kuning. Proses penyalinan memang sudah beres. Tinggal tahap muqabalah (membandingkan hasil penyalinan dengan beberapa manuskrip). Nah, tahap muqabalah membuat saya kecapean yang terlalu. Saya merasa, kok tak kunjung selesai, serta, entah bagaimana, tata letak di Word tak beraturan. Saya ja...